UJI
KELARUTAN SENYAWA ORGANIK
Hari/Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013
I.
Tujuan
Menentukan sifat senyawa
dengan menguji kelarutannya
II.
Dasar Teori
Kelarutan menyatakan secara kualitatif
jumlah maksimal zat yang dapat terlarut dalam sejumlah zat terlarut atau larutan.
Dengan tes kelarutan, suatu senyawa dapat ditentukan apakah suatu senyawa yang
sedang diuji adalah basa kuat (amina), asam lemah (fenol), asam kuat (asam
karboksilat), atau suatu zat netral (aldehid, keton, alkohol, ester, eter).
Pelarut yang digunakan dalam uji kelarutan senyawa organik adalah HCl 5%, NaOH
5%, NaHCO3 5%, H2SO4 pekat, air, dan pelarut-pelarut organik. Senyawa
organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon,kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan
organik disebut kimia organik. Dari dolongan besar itu senyawa organik dapat
diklasifikasikan dalam keluarga (families) dan kelas (class) yang
berbeda. Senyawa organik dibagi kedalam Sembilan kelas yang berbeda,
digolongkan menurut sifat masing-masing dalam senyawa tersebut. Secara
kuantitatif untuk menyatakan komposisi atau kelas dari larutan digunakan uji
kelarutan terhadap senyawa tersebut.
Kelarutan suatu zat (solute) dalam solven
tertentu digambarkan sebagai like dissolves like senyawa atau zat yang
strukturnya menyerupai akan saling melarutkan, yang penjabarannya didasarkan
atas polaritas antara solven dan solute yang dinyatakan dengan tetapan
dielektrikum, atau momen dipole, ikatan hydrogen, ikatan van der waals (London)
atau ikatan elektrostatik yang lain. Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh
polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Namun Hildebrand membukti
bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup untuk menerangkan
kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hidrogen
lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan dengan
polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehida, keton, dll yang mengandung
oksigen dan nitrogen yang dapat membentuk ikatan hidrogen dalam air. Pelarut
non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit
kuat dan lemah, karena tetapan dielektrik pelarut yang rendah. Pelarut juga
tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah
karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut aprotik dan tidak
dapat membentuk jembatan hidrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu zat
terlarut ionik dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam
pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut dalam benzen, tetrakloroda dan
minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak larut dalam pelarut nonpolar
III. Alat
dan Bahan
a.
Alat
1.
Tabung reaksi
2.
Rak tabung
3.
Pipet tetes
4.
Kertas Lakmus
5.
Gelas Ukur
b.
Bahan
1.
n-heksan
2.
Formaldehid
3.
Aseton
4.
Asam asetat
5.
Dietil eter
6.
Toluen
7.
Fenol
8.
Trietil amina
9.
Isopropil
10.
Aquades
11.
NaOH 5%
12.
HCl 5%
13.
NaHCO3 5%
14.
H2SO4 pekat
IV. Prosedur
Kerja
V.
Data Pengamatan
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan percobaan
untuk mengetahui sifat dari suatu senyawa organik, baik asam, basa, netral,
atau inert. Sampel yang diidentifikasi adalah n-heksan, formaldehid, aseton,
asam asetat, dietil eter, toluen, fenol, trietil amina, dan isopropil. Untuk
menguji kelarutan dan sifat dari senyawa-senyawa organik tersebut, dilakukan
pengujian dengan beberapa tahap.
Percobaan diawali dengan menambahkan
beberapa tetes air/aquades ke dalam tabung reaksi berisi bahan organik yang
akan diuji kelarutan dan sifat senyawanya. Jika senyawa tersebut larut dalam
air, maka senyawa tersebut tergolong senyawa polar, kemudian diuji sifat asam,
basa atau netral dengan menggunakan kertas lakmus merah atau biru. Larutan yang
mengubah warna lakmus biru menjadi merah, senyawa tersebut termasuk asam
karboksilat, sedangkan jika warna lakmus merah berubah menjadi biru, maka
senyawa tersebut tergolong basa, dan jika tidak merubah warna kertas lakmus
maka senyawa tersebut tergolong senyawa netral. Kemudian jika senyawa organik
tersebut tidak larut dalam air, maka diuji dengan menambahkan larutan NaOH ke
dalam tabung reaksi berisi bahan tersebut, jika senyawa itu larut langkah
selanjutnya adalah menguji sifat dari senyawa tersebut dengan menambahkan NaHCO3
, jika senyawa tersebut larut dalam NaHCO3 maka senyawa tersebut
bersifat asam, tetapi jika tidak maka senyawa tersebut bersifat basa lemah.
Ketika ditambahkan NaOH, senyawa organik
itu tidak larut, kemudian diuji kembali dengan menambahkan larutan HCl, jika
senyawa tersebut larut dalam HCl, maka senyawa tersebut bersifat basa,
sedangkan jika tidak larut maka diuji dengan menambahkan larutan H2SO4
pekat. Bila senyawa itu larut, maka tergolong ke dalam senyawa netral (alkohol,
alkena, atau keton) tetapi jika tetap tidak larut, maka senyawa itu termasuk
senyawa yang inert. Senyawa inert merupakan senyawa yang tidak dapat larut
dengan bahan kimia lain, senyawa ini juga sulit untuk bereaksi. Pada percobaan
yang termasuk ke dalam senyawa inert adalah n-heksan dan toluen. N-heksan
tergolong dalam senyawa hidrokarbon, senyawa heksana dan isomernya sangat tidak
reaktif dan biasa digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Toluen
merupakan senyawa inert aromatik. Berdasarkan teori, toluen termasuk dalam
senyawa non polar, yang dapat diketahui dari konstanta dielektrik toluen yang
kecil, yaitu 2,4.
Asam
organik adalah senyawa organik yang mempunyai derajat keasaman.
Asam organik yang paling umum adalah asam alkanoat yang memiliki
derajat keasaman dengan gugus karboksil -COOH, dan asam sulfonat dengan
gugus -SO2OH mempunyai derajat keasaman yang relatif lebih kuat.
Stabilitas pada gugus asam sangat penting dan menentukan derajat keasaman
sebuah senyawa organik. Dalam percobaan ini senyawa yang tergolong asam organik
adalah formaldehid, asam asetat, dan dietil eter. Formaldehida (juga disebut
metanal) merupakan senyawa aldehida dengan rantai karbon tunggal, larutan ini
bersifat asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin. Larutan
asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi
sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Dietil eter tergolong senyawa eter, Eter
bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat,
sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Basa organik
tergolong dalam senyawa amina, dalam percobaan yang tergolong basa organik
adalah trietil amina, dan juga isopropil yang termasuk basa lemah golongan
alkohol. Senyawa netral dalam percobaan ini adalah fenol dan aseton. Senyawa netral
memiliki arti bahwa senyawa ini tidak memiliki muatan.
VII.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Senyawa organik yang bersifat asam formaldehid, asam asetat, dan dietil eter
2. Senyawa organik yang bersifat basa adalah trietil amina dan isopropil
3. senyawa organik yang bersifat netral adalah fenol dan aseton
4. senyawa organik yang tergolong inert adalah n-heksan dan toluen
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Senyawa organik yang bersifat asam formaldehid, asam asetat, dan dietil eter
2. Senyawa organik yang bersifat basa adalah trietil amina dan isopropil
3. senyawa organik yang bersifat netral adalah fenol dan aseton
4. senyawa organik yang tergolong inert adalah n-heksan dan toluen
DAFTAR
PUSTAKA